Asisten III Sebut Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif Kunci Cegah Stunting

Jum, 20 Oktober 2023 | 47 Views

Puruk Cahu – Permasalahan stunting menjadi penghambat terbesar dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, karena tidak hanya merugikan dari segi kesehatan tapi juga dari sisi produktivitas dan ekonomi.

Hal tersebut disampaikan Asisten II Setda Mura Ferry Hardi saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) yang berlangsung dilaksanakan di aula Cahai Ondhui Tingang (Gedung B) Kantor Bupati Mura.

“Dalam jangka pendek stunting menyebabkan perkembangan otak anak tidak berkembang secara optimal, sehingga akan mempengaruhi kemampuan kognitif anak akan lebih rendah dan dalam jangka panjang akan menyebabkan rendahnya produktivitas dan menghambat pertumbuhan ekonomi,” ucapnya saat membacakan sambutan Pj Bupati Mura Hermon, Jumat (20/10/2023).

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Mura Suwirman Hutagalung menerangkan, keluarga berisiko stunting adalah keluarga yang mempunyai risiko akan melahirkan kasus stunting yang baru, yaitu keluarga yang mempunyai Ibu Hamil, Ibu pascapersalinan, baduta, balita, dan calon pengantin.

“Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak yang harus kita lakukan, sehingga memerlukan perhatian kita semua untuk lebih fokus dan serius dalam mendampingi dan memenuhi kebutuhan keluarga berisiko stunting akan layanan intervensi spesifik maupun sensitif,” imbuhnya.

Ia juga menjelaskan pentingnya pendekatan intervensi gizi terintegrasi melalui intervensi gizi spesifik dan sensitif. Intervensi gizi spesisfik adalah mengintervensi secara langsung bagaimana pemenuhan gizi ibu hamil sampai bayi berusia 23 bulan.

Sedangkan Intervensi sensitif adalah intervensi yang secara tidak langsung memengaruhi kejadian stunting, misalnya perbaikan pola asuh, pemberian bantuan sosial, penyediaan sarana air bersih dan jamban yang sehat.
Sedangkan pendekatan multisektor dan multi pihak adalah mengkolaborasikan pelayanan intervensi spesifik dan sensitif melalui berbagai Perangkat Daerah dan stakeholders terkait.

Terakhir pendekatan berbasis keluarga berisiko stunting, pendekatan ini dilakukan sebagai upaya memastikan seluruh intervensi spesifik dan sensitif yang diberikan oleh Perangkat Daerah dan stakeholders terkait dapat menjangkau seluruh keluarga yang berisiko melahirkan anak stunting.

“Jika ditelaah pendekatan yang ketiga ini yang dianggap paling efektif karena menyasar langsung pada sasaran, sehingga balita stunting dapat tertangani dengan baik dan kejadian kasus stunting baru dapat dicegah,” pungkasnya. (Mur)

iklan

Baca Juga

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *